SAYONARA



PISAH KENAL KEPALA SEKOLAH LAMA DENGAN KEPALA SEKOLAH BARU
29-September-2017

EM7- Rotasi atau mutasi adalah hal biasa dalam sebuah institusi/organisasi. Demi penyegaran dan pembinaan karir merupakan alasan pertimbangan  dan pembenaran terjadinya pergantian pimpinan. Demikian pula yang terjadi di sekolah SDN Pondok Labu 07, dengan alasan penyegaran sehubungan dengan periode kepemimpinan Ibu Hj. Partinah, M.Pd sudah berakhir maka di pertengahan tahun ini beliau mutasi ke SDN Pondok Labu 13 dan digantikan oleh Ibu Karyasih.

Pelantikan sudah dilaksanakan baik di Dinas Pendidikan Kota Jakarta Selatan. Bahkan acara lepas sambut juga sudah dilaksanakan di sekolah. Melepas dengan bekal senyum dan kenangan indah dan menyambut dengan semangat dan harapan baru adalah tema yang kami pilih dalam acara lepas sambut tersebut. Ibu Hj. Partinah, M.Pd telah memberikan warna baru di sekolah sehingga memberikan kenangan yg tidak mungkin bisa dilupakan dan tentunya dengan kedatangan Ibu Karyasih akan membawa semangat dan harapan baru demi kemajuan anak didik dan sekolah. Terima kasih Ibu Hj. Partinah, M.Pd dan selamat datang Ibu Karyasih, berikut sebuah puisi untuk kalian berdua: 

KU LEPAS KAU DENGAN SENYUM, DO'A DAN KENANGAN INDAH

Tiga tahun bukan waktu yang singkat
Untuk sebuah Kenangan terukir
Tiga tahun terlalu singkat
Untuk mewujudkan impian kita

Sahabat….
Bukan kami ingin dikenang, bukan pula ingin sanjungan
tapi…
ketika suatu saat nanti kita bertemu hanya salam rindu yang kami mau.

Sahabat…
Selama Engkau disini..
Perbedaan antara kita sering menyapa,
Namun terkikis oleh kesamaan tujuan dan cita-cita
Pertikaian tak sungkan menghampiri
Namun berlalu dengan kedamaian kalbu
Kegalauan hati tak jarang menyelimuti
Namun tersingkap oleh ketentraman jiwa
Dan penderitaan yang sesekali menyentuh raga
Namun tertutupi oleh kebahagiaan yang pernah tercipta

Ku lepas  engkau dengan senyuman, bukan senyum biasa
tapi senantiasa kau ingat kami yang tak pernah menyimpan lara
Ku lepas engkau dengan do’a bukan do’a biasa
tapi senantiasa menjadikan engkau kuat dalam menjalani segala
Ku lepas  engkau dengan kenangan indah, bukan kenangan biasa
tapi karena itu tidak akan kau temui di tempat yang berbeda
Selamat jalan….

KU SAMBUT ENGKAU DENGAN SEMANGAT DAN HARAPAN BARU 

Dengan apakah kubandngkan pertemuan hari ini
Lama ku tunggu ingin cepat bertemu
Hatiku tenang menerima hadirmu
Kalbuku terbuka menerima kasihmu

Senyummu, senyum kami tertahan
Matamu, mata kami sinarnya pun tertahan
Ada yang bergemutuh di dada kami
Tampak terlihat, tapi tak terucap dan tak terjawab

Kau datang dari tempat yang jauh
Kau datang membawa lentera kehidupan baru
Dengan apa kami dapat membantu
Demi adanya perubahan itu

Ku sambut engkau dengan semangat, bukan semangat biasa
Tapi semangat membara untuk mencipta bahagia
Ku sambut engkau dengan harapan baru, bukan harapan biasa
Tapi harapan yang mampu terwujud, bukan janji belaka
Selamat Datang ….



SELAMAT JALAN IBU











 

SELAMAT DATANG IBU

                                                                    Ibu Karyasih, S.Pd




 Dari Kiri : Ibu Sri Subekti, S.Pd (Wakasek Bid. Siswa), Ibu Karyasih (Kepsek), Ibu Susyarti, M.Pd (Pengawas Wil II Cilandak), Ibu Ani (Ketua Komite Sekolah), Bpk Saini, S.Pd (Wakasek Bid. Kurikulum)



Fotto: ferry/choi.EM7

TOKOH

Kisah Letjen S Parman, Korban G30S yang Adik Tokoh PKI


Kontroversi Gerakan 30 September (G30S) masih terus ramai diperbincangkan. Dari perdebatan peristiwa itu, terselip cerita mengenai dua tokoh: Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S Parman) dan Ir Sakirman.

Dua sosok ini lahir dari rahim ibu yang sama. Namun, ideologi dan keyakinan membuat mereka berada dalam garis yang berbeda.

S Parman merupakan salah seorang Pahlawan Revolusi dalam G30S. Adapun sang kakak, Sakirman, merupakan anggota di Politbiro CC PKI, semacam dewan penasihat partai.

Meski seorang seorang insinyur sipil, dia pernah menyandang pangkat letnan kolonel pada awal kemerdekaan.

Soe Hok Gie dalam Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan menulis, Sakirman bersama DN Aidit, Lukman, dan Sidik Kertapati sempat bergabung dalam Barisan Pelopor Istimewa, semacam pengawal pribadi Bung Karno pada masa pendudukan Jepang.

Sementara, S Parman merupakan tentara yang brilian dalam bidang intelijen. Berpangkat terakhir sebagai Mayor Jenderal, Parman sempat mengenyam pendidikan di Koninklijke Militaire Academie di Breda, Belanda.

Di masa mudanya, pria kelahiran Wonosobo, 4 Agustus 1918 itu juga terlibat dalam Agresi Militer II. Kala itu, Parman ikut bergerilya di luar kota. Di masa pendudukan Jepang, dia juga pernah ditempatkan sebagai penerjemah pemerintah Jepang untuk bahasa Inggris.

Meski membantu Jepang, rasa nasionalisme Parman tetap tinggi. Dia disebut terus berhubungan dengan teman-temannya yang berjuang melalui gerakan bawah tanah.

Parman dan Sakirman menjadi seteru politik yang nyata. Satu TNI, satu PKI. Fakta ini membuat seorang indonesianis asal Amerika Serikat, Benedict Anderson, yang sempat bertemu Parman, menjadi heran.

"Si kakak adalah anggota Politbiro PKI, sementara adiknya Kepala Intelijen Angkatan Darat. Sulit membayangkan hal ini terjadi di Barat," ujar Ben Anderson dalam memoarnya Hidup di Luar Tempurung. Jabatan resmi Parman adalah Asisten I/Intelijen Menpangad.

Ketika bertemu di Jakarta, Parman sempat mengira Ben sebagai agen CIA. “Karena ia sesumbar punya mata-mata hebat dalam tubuh PKI sehingga, dalam hitungan jam, ia bisa tahu keputusan-keputusan Politbiro,” kenang Ben.

Sebagai salah satu elite di PKI, Sakirman berjuang keras dan berupaya meyakinkan Presiden Sukarno agar segera dibentuk Angkatan kelima yang terdiri dari kaum Buruh dan Tani yang dipersenjatai.

Berbeda dengan adiknya S Parman. Saat isu mengenai pembentukan Angkatan Kelima mencuat, Parman justru menjadi salah satu yang terdepan menolak. Sebagai seorang petinggi di intelijen Angkatan Darat, Parman menganggap keberadaan Angkatan Kelima malah memicu perang saudara.

Pada 1 Oktober 1965 malam, melalui sebuah operasi senyap, enam Jenderal senior, termasuk S Parman dan beberapa orang lainnya diculik pasukan Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden, yang loyal kepada PKI .

Di Lubang Buaya, Parman mengembuskan napas terakhir. Jasadnya ditemukan 4 Oktober 1965 dan dimakamkan pada keesokan harinya di TMP Kalibata.

Sumber : Liputan6.com

KEGIATANKU



SANTUNAN ANAK YATIM DI SDN PONDOK LABU 07

EM7 – Kegiatan Santunan Anak Yatim ini merupakan acara puncak dari Pelepasan Kepala Sekolah SDN Pondok Labu 07. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at, 28 September 2017 bertempat di Lapangan Serba guna SDN Pondok Labu 07. Acara dimulai pukul 07.00 WIB. Tema yang diangkat dari kegiatan itu yaitu “Mari Kita Angkat Derajat Generasi Bangsa Dengan Menyantunin Anak Yatim”.

Kegiatan santunan ini dihadiri oleh Kasaklak Wilayah Cilandak Ibu. Dra. Diah Retno Mustika Rini, Pengawas wilayah II Kec Cilandak Ibu. Susyarti, M.Pd, Ketua Komite Sekolah Ibu. Ani, Wakil Kepsek Bid. Kesiswaan Ibu. Sri Subekti, S.Pd, Kepala Sekolah PLH Ibu. Nani Setyowati, S.Pd, Wakil Kepsek Bid. Kurikulum Bpk. Saini, S.Pd,  Dewan Guru, Karyawan SDN Pondok Labu 07 dan undangan lainnya.

Selain santunan acara juga diisi dengan acara pelepasan Kepala Sekolah SDN Pondok Labu 07 Ibu. Hj. Partinah, M.Pd, dan dilanjutkan dengan UTS. Total jumlah anak yatim yang mendapatkan santunan berjumlah 14 orang dengan rincian Kls. I.A sebanyak 1 org, Kls II.A sebanyak 2 org, Kls III.A sebanyak 1 org, Kls III.D sebanyak 1 org, Kls IV.B sebanyak 2 org, Kls V.B sebanyak 1 org, Kls V.C sebanyak 2 org, Kls VI.A sebanyak 1 org, Kls VI.C sebanyak 1 org, Kls VI.D sebanyak 2 org.
EM7-ferry/Fotto : Hart ono - choi















PAHLAWAN REVOLUSI

Wajib Tahu, Ini 10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S/PKI

EM7-Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI 1965 merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia yang tak mudah dilupakan dari benak kita semua. Saat itu terjadi pemberontakan PKI dengan menculik beberapa petinggi TNI Angkatan Darat di zamannya. Mereka lalu dibantai secara keji di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Monumen Lubang Buaya. Gugurnya mereka menjadi tombak perlawanan bangsa ini pada kekejaman PKI. Mereka mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Mungkin di antara kamu masih ada yang belum mengenal para Pahlawan Revolusi ini. Yuk kenalan dengan mereka sekaligus menambah pengetahuan kamu. Let's go.
1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo merupakan komandan TNI AD. Pembunuhan atas dia dilakukan sebab sang jenderal menentang keras keberadaan faham komunis. Ahmad Yani diculik dari kediamannya dan dibantai di Lubang Buaya.
2. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan. Lahir di Balige, Sumatera Utara. Dia salah satu otak di balik lahirnya TNI. Bersama dengan pemuda lain dia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal bakal TNI. Kematiannya mengenaskan. Sekelompok anggota PKI menyergap ke rumahnya dan membunuh para pelayan serta ajudan. Merasa tahu ajalnya tiba, DI Pandjaitan menemui penyergap itu dengan seragam militer lengkap. Segera dia diberondong peluru dan mayatnya dibawa ke Lubang Buaya.
3. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Dia lahir di Sragen, 5 Februari 1923. Berbeda dengan dua pahlawan revolusi sebelumnya yang mayatnya dibawa ke Lubang Buaya, Brigjen Katamso saat itu bertugas di Yogyakarta. Dia diculik lalu tubuhnya dipukuli dengan mortar motor, baru dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Peristiwa ini terjadi di daerah Kentungan. Jenazahnya baru ditemukan beberapa hari kemudian tepatnya 21 Oktober 1965.
4. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono) lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Letjen yang paham 3 bahasa asing ini juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
5. Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Dia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Sebelum akhirnya tewas di tangan PKI, dia pernah meredam beberapa pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.
6. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman) lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918. Dia merupakan perwira intelijen yang sebenarnya dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka. Saat ditawari bergabung dengan faham komunis itu, S. Parman menolak. Karena itulah dia masuk daftar target pembunuhan PKI lantaran mengetahui banyak hal. S. Parman dibantai di Lubang Buaya. Otak pembantaiannya yakni kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat itu.
7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, 23 Agustus 1922. Dia juga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong.
8. Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gunung Kidul, Yogyakarta, 12 Agustus 1926. Dia bersama Brigjen Katamso menjadi korban penculikan PKI di Yogyakarta. Keduanya dikuburkan dalam lubang yang sama dan mayatnya baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.
9. Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun) merupakan satu-satunya perwira selain TNI yang menjadi korban keganasan PKI. Dia lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Saat peristiwa berlangsung dia merupakan ajudan dari Johanes Leimena. Salah satu menteri di kabinet Soekarno. Nah, pak Leimena ternyata tetangga samping rumah Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H Nasution) yang jadi incaran PKI. Saat itu gerombolan PKI mengepung rumah pak Nasution dan didengar oleh KS Tubun. Dia langsung melepas tembakan namun sayang jumlah anggota PKI terlalu banyak, jadilah KS Tubun tewas di tangan mereka namun tidak sampai dibawa ke Lubang Buaya.
10.Kapten Anumerta Pierre Tendean merupakan satu-satunya pahlawan revolusi yang tidak punya pangkat jenderal namun keberaniannya sungguh luar biasa. Dia ajudan Jenderal A.H Nasution. Berkat keberaniannya dia berhasil meloloskan atasannya dan mengaku menjadi Nasution. Tendean dibunuh dan dibantai di Lubang Buaya.
Itu tadi para TNI serta anggota polisi Pahlawan Revolusi yang telah menjadi korban G30S/PKI. Semoga nyawa mereka untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak sia-sia. Berdoa sama-sama yuk, untuk mengenang keberanian mereka. Mengheningkan cipta dimulai.
Sumber : Bintang.com